Revitalisasi merupakan Konsep yang mengedepankan Green Development

Sejak awal digaungkannya berita rencana revitalisasi di teluk benoa, yayasan bumi bali bagus tidak memposisikan diri sebagai pro maupun kontra terhadap rencana revitalisasi tersebut, akan tetapi yayasan bumi bali bagus mengajukan sebuah ide, usul serta saran berupa sebuah maket / master plan kepada Dirut. PT.TWBI sebagai calon pengembang yang berkonsep Tri Hita Karana dengan penerapan sistem Subak di dalam tata kelola air di alur laut. Jika usulan yayasan bumi bali bagus disetujui, maka secara otomatis seluruh pendiri, pengurus,seluruh divisi yang berada di bawah yayasan bumi bali bagus, beserta anggotanya di seluruh bali akan mendukung SEPENUHNYA Revitalisasi Teluk Benoa.




Maket ini sudah disosialisasikan hampir diseluruh puri yang ada di bali, hampir di seluruh tokoh masyarakat (budayawan, tokoh spiritual), LSM dan tokoh-tokoh lainnya. Yayasan dalam sosialisasi mendapatkan beragam masukan yang sifatnya mengarahkan ke arah perbaikan konsep, sehingga seandainya revitalisasi ini terRealisasi akan memberikan dampak yang sangat baik kepada masyarakat bali secara luas. Seluruh masukan yang sangat baik itu, sudah disampaikan kepada Dirut. PT TWBI selaku calon pengembang, untuk mendengarkan dan mewujudkan harapan serta koreksi dari seluruh tokoh yang kami sampaikan tersebut di atas.

Rencana Revitalisasi pada perairan teluk benoa, akan mengedepankan konsep Green Development:

-Master Plan Revitalisasi disesuaikan dengan alur laut alami sehingga tidak mengganggu alur laut
-Penggunaan Teknologi yang ramah lingkungan seperti tenaga pembangkit listrik yang ramah lingkungan, air daur ulang, akan diterapkan di dalamnya
-Pembangunan revitalisasi diyakini tidak akan merusak manggrove karena kehadiran FPMB sebagai bentuk dari kepedulian kita akan lingkungan.
-Meningkatkan ekonomi lokal bagi para nelayan dan para pengusaha water sport dengan merevitalisasi lahan yang tidak produktif menjadi lahan yang produktif.
-Menggunakan air laut, agar kualitas air laut tetap dapat terjaga.
-Manajemen air bersih, manajemen limbah sampah serta manajemen lainnya yang diterapkan secara efektif pada pembangunan ini merupakan bukti komitmen kami dalam menjaga lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
-Penghijauan 40 % dimana standar penghijauan pemerintah yang seharusnya hanya 30 %

Lima Manfaat dalam Revitalisasi Teluk Benoa

Badung - Sedikitnya ada lima manfaat dalam Revitalisasi Teluk Benoa (RTB) untuk keberlanjutan lingkungan di Teluk Benoa khususnya, dan Bali umumnya.

Kelima manfaat tersebut yakni sehatnya hutan bakau di Teluk Benoa, tercegahnya banjir, bertambahnya ruang hijau terbuka, terpulihkannya kawasan konservasi Pulau Pudut, dan mengembalikan kehidupan biota laut, ujar sejumlah tokoh masyarakat Bali
 
Komang Gde Subudi, Ketua Badan Independen Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Hidup Bali, dan tokoh agama Hindu Bali I Ketut Wiana, menjelaskannya kepada wartawan, Selasa (26/1).
 
Perairan di Teluk Benoa itu memiliki luas sekitar 1.400 meter, hampir seluruh permukaannya mengalami endapan lumpur (sedimentasi) yakni seluas 1.100 meter. Bila dibiarkan, penumpukan sedimentasi itu akan bertambah tiap tahunnya sehingga menyebabkan terhalangnya alur air laut untuk sampai ke hutan bakau, kata Subudi.
 
Tidak adanya asupan air, dan terakumulasinya bahan pencemar dari daratan yang tidak dapat digelontorkan keluar Teluk, mengakibatkan ekosistem bakau bakal terancam punah.
 
Dia juga mengatakan, “Revitalisasi nantinya mengatasi sedimentasi itu sehingga hutan bakau bakal tetap sehat karena mendapat asupan air, dan terhindar dari pencemaran”.
 
Kata Subudi, tidak benar isu yang mengatakan bahwa hutan bakau akan ditebang demi revitalisasi. Saat pembangunan nanti, hutan bakau tidak akan disentuh karena yang akan direklamasi adalah perairan, bukan hutan bakau. Selain itu, jarak aman pengerjaan proyek dari area bakau terluar adalah sekitar 100-200 m.
 
Dia juga mengatakan, bahwa hutan bakau di Teluk Benoa adalah terbesar di Bali, makanya harus dijaga. Revitalisasi bisa menyehatkan bakau sehingga hutan tetap terjaga.
 
Yang selama ini wilayah sekitar Teluk Benoa sering dilanda banjir karena sedimentasi, alur air laut yang mati dan sampah yang menggunung di Teluk. Karenanya, butuh kedalaman, penambahan, penataan dan perbaikan alur air laut di Teluk Benoa. Kedalaman dan penambahan alur lintasan air ini, sangat diperlukan untuk mencegah banjir, terutama pada musim penghujan dan saat air laut pasang, papar Subudi.
 
Menata alur air, dan memperbaiki kedalaman, juga bisa mengencerkan dan menggelontorkan bahan pencemar yang masuk ke Teluk, sehingga dapat mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup perairan Teluk sebagai estuaria yang unik dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, kata Subudi.
 
Dia menjelaskan, bahwa dalam konsep revitalisasi, disebutkan, yang akan diperbaiki adalah endapan lumpur, alur air laut, dan masalah sampah yang selama ini bermuara ke Teluk Benoa dari beberapa DAS yang terdapat di Teluk. Dengan perbaikan tersebut, daerah sekitar Teluk akan terbebas dari banjir. Ray.
 

Ketua Yayasan Bumi Bali Bagus, Komang Gde Subudi: Revitalisasi Teluk Benoa Penting Untuk Masyarakat Bali

Badung -Pro dan kontra menghiasi media massa di Indonesia mengenai Revita, baik media massa cetak maupun elektronika, juga tidak ketinggalan Sosial Media (Sosmed) baik twitter, facebook media online ramai memperbincangkan pro dan kontra tersebut, sehingga timbul kesan adanya perang media maupun media sosial.

Terlepas dari pro dan kontra adanya Revitalisasi Teluk Benoa tersebut, maka banyak kalangan mengadakan uji kelayakan baik dari para akademisi Kampus dalam negeri hingga luar negeri sehingga kebanyakan hasilnya mendukung adanya Revitalisasi Teluk Benoa yang akan membuat masyarakat Bali terangkat perekonomiannya, juga dapat menyerap 250.000 tenaga kerja penduduk asli Badung dan sekitarnya.

Latar Belakang Rencana Revitalisasi

Pembangunan selalu berkembang yang ditandai dengan pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan migrasi, serta pergeseran peruntukan lahan yang menyebabkan alih fungsi lahan meningkat setiap tahun. Terjadinya alih fungsi lahan tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain: pelaksanaan tata ruang yang tidak konsisten, pengendalian yang lemah, serta kesadaran masyarakat dalam menaati rencana tata ruang yang masih rendah. Kemajuan menuntut perubahan. Perubahan inilah yang wajib menjadi pemikiran kita bersama.

Bali yang secara geografis sangat sempit, terus mengalami pengurangan lahan pertanian karena alih fungsi akibat kemajuan pembangunan. Untuk itu, kita harus memikirkan berbagai upaya terobosan dalam menjaga perkembangan pembangunan pariwisata kita sejalan dengan kelestarian pertanian sebagai nafas kebudayaan Bali. Konsep pariwisata budaya yang merupakan ikon pariwisata Bali, tidak bisa kita kembangkan hanya dengan mengandalkan apa yang ada dan apa yang kita miliki saat ini. Diperlukan berbagai program terobosan dalam pembangunan pariwisata, yang tetap mendukung kelestarian alam dan budaya Bali, sesuai slogan “Pariwisata untuk Bali”.

Di sisi lain, beberapa pantai di Pulau Bali merupakan daerah yang rawan bencana, khususnya bencana tsunami. Menjadi kewajiban kita untuk melakukan langkah-langkah antisipasi dan mitigasi bencana tersebut. Sejalan dengan kemajuan pembangunan di wilayah Bali selatan, eksploitasi yang berlebihan terhadap alam dan lingkungannya, harus diimbangi dengan upaya pelestarian lingkungannya.

Dipilihnya rencana reklamasi di kawasan Teluk Benua, mengingat kondisi di wilayah perairan tersebut yang salah satunya adalah keberadaan Pulau Pudut, sudah sangat terancam yang salah satunya akibat perubahan iklim global.

Tujuan pemanfaatan kawasan Teluk Benoa antara lain untuk mengurangi dampak bencana alam dan dampak iklim global, serta menangani kerusakan pantai pesisir. Kebijakan rencana pengembangan Teluk Benoa adalah untuk meningkatkan daya saing dalam bidang destinasi wisata dengan menciptakan ikon pariwisata baru dengan menerapkan konsep green development, sebagai upaya mitigasi bencana, khususnya bahaya tsunami. Reklamasi ini akan menambah luas lahan dan luas hutan bagi Pulau Bali, yang tentu sangat prospektif bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Bali, apabila dikelola dengan tepat, arif dan bijak.

Revitalisasi untuk Masa Depan

Pengelolaan wilayah perairan Teluk Benoa seluas 838 Ha, menurut rencana yang masih harus menunggu kajian final, sebagian besar diantaranya atau sekitar 438 Ha akan dibangun hutan mangrove. Sementara sekitar 300 Ha dibangun fasilitas umum seperti art centre, gedung pameran kerajinan, gelanggang olahraga, tempat ibadah, sekolah, dsb, dan hanya sebagian kecil atau sekitar 100 Ha dibangun akomodasi pariwisata. Kawasan tersebut sekaligus menjadi penyangga wilayah Bali selatan, yang dikembangkan tetap berdasarkan filosofi tri hita karana.

Dalam perkembangan pembangunan ke depan, revitalisasi dan kehadiran pulau baru ini memiliki keuntungan bagi Bali sebagai berikut:

1. Secara geografis, luas pulau Bali akan bertambah. Pulau baru yang dibangun investor di kawasan ini akan menjadi milik Bali, milik masyarakat Bali. Demikian pula luas hutan kita, khususnya hutan mangrove, akan bertambah. Keberadaan hutan bakau yang sangat luas di kawasan tersebut, akan sangat melindungi kawasan pesisir dari ancaman abrasi akibat iklim global, termasuk melindungi Bali dari bencana tsunami

2. Dalam hal lapangan kerja, dibangunnya akomodasi pariwisata dan fasilitas umum akan memberikan peluang lapangan kerja bagi masyarakat Bali dalam 5 sampai 10 tahun mendatang. Diperkirakan sekitar 250.000 lapangan kerja baru akan tersedia di kawasan ini. Saat ini jumlah angkatan kerja, khususnya lulusan perguruan tinggi, terus bertambah.

Sementara lapangan kerja mengalami stagnasi, karena sangat bergantung pada kondisi dan perkembangan pariwisata yang sangat rentan terhadap kondisi keamanan, dan kondisi sosial lainnya. Sebagai contoh, pada saat diskusi digelar, berlangsung upacara wisuda lulusan Universitas Udayana. Saat itu lebih dari 900 mahasiswa diwisuda, dari jenjang diploma hingga pasca sarjana. Mungkin sebagian dari jumlah itu sudah bekerja, sementara sebagian lainnya menjadi pengangguran. Belum lagi lulusan perguruan tinggi negeri dan swasta lainnya di Bali yang berjumlah sekitar 40 buah, yang meluluskan mahasiswanya ratusan orang setiap tahun, bahkan ada Perguruan Tinggi yang melaksanakan wisuda dua sampai tiga kali dalam setahun.

Dapat dihitung berapa lulusan perguruan tinggi yang berpotensi menganggur bertambah setiap tahun. Demikian pula lulusan SMA/SMK yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka adalah angkatan kerja potensial yang belum tentu semuanya mendapatkan pekerjaan. Angka pengangguran kita di Bali saat ini memang terbaik di tanah air, tetapi itu tidak menjamin dalam tahun-tahun mendatang dapat bertahan, apabila kita tidak berupaya menyiapkan lapangan kerja baru seluas-luasnya. Terlebih lagi tahun 2015 Indonesia telah menjadi bagian dari Komunitas Tunggal ASEAN, sejalan dengan diberlakukannya ASEAN Free Trade Area (AFTA), MEA.

Dalam masa tersebut, para pekerja dari luar negeri akan datang ke Bali untuk bersaing mendapatkan pekerjaan dalam seluruh bidang, mulai dari manager, sopir, sampai tukang sapu. Keberadaan lapangan kerja baru akan sangat membantu persaingan kerja bagi para tenaga kerja lokal Bali. Demikian pula para penari dan seniman lulusan SMK Kesenian, dan juga perguruan tinggi seni, akan mendapat kesempatan luas untuk tampil dengan dibangunnya art centre dan akomodasi pariwisata baru.

3. Dalam mendukung pembangunan pariwisata, keberadaan pulau reklamasi akan menjadi destinasi wisata baru. Konsep pariwisata budaya mutlak diimplementasikan dalam membangun dan mengembangkan kawasan dan atraksi wisata di kawasan tersebut. Kejenuhan wisatawan asing atas atraksi dan obyek wisata yang ada saat ini, wajib diantisipasi untuk 5 sampai 10 tahun ke depan. Kita berharap pariwisata budaya kita menuju quality tourism, dalam arti wisatawan yang datang adalah yang memang berwisata dan berbelanja di Bali. Di sisi lain, kita tidak boleh menutup mata terhadap kemajuan yang dialami pariwisata negara-negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Kita tidak boleh malu belajar dari kemajuan yang mereka capai. Belum lagi daerah-daerah lainnya di tanah air yang sedang gencar-gencarnya membangun pariwisatanya, mulai dari yang terdekat yaitu Banyuwangi dan NTB, sampai pada pengembangan Kepulauan Raja Ampat, yang sangat berobsesi mengalahkan kemajuan pariwisata Bali. Kawasan yang sudah ada di Bali, sangat sulit dikembangkan mengingat sempitnya lahan. Oleh karena itu, kawasan pulau baru akan mudah dikembangkan termasuk melalui diversifikasi program dan atraksi wisata budaya. Para perajin kita telah disediakan arena pameran dan promosi. Para seniman, budayawan dan sekaa-sekaa kesenian yang ada, akan disiapkan art centre dan panggung-panggung seni lainnya, sehingga akan mendorong kelestarian seni budaya kita.

Senada dengan penjabaran di atas, maka menurut Komang Gde Subudi, Ketua Yayasan Bumi Bali Bagus mengatakan, sebagai orang asli Bali, ia melihat rencana revitalisasi Teluk Benoa ini beritikad baik. Dari awal, ucapnya, pihak investor sudah benar dalam melakukan kajian, dan tahapannya,”katanya beberapa waktu lalu.

“Kami lihat mereka serius, lakukan kajian dan tahapannya, tidak asal-asalan membangun. Terlebih, pihak investor juga berkomitmen untuk jaga lingkungan. Revitalisasi Teluk Benoa ini penting untuk masyarakat Bali,” jelasnya.

Subudi pun mengatakan penolakan terhadap rencana revitalisasi Teluk Benoa tak lepas dari efek persaingan Pilkada Gubernur dulu. Pihak yang kalah tidak senang jika Gubernur sukses dalam melakukan pembangunan di Bali.

“Yang menolak itu bagian kecil saja dari masyarakat Bali. Mereka terlihat besar karena gunakan media sosial. Kami yakin masyarakat Bali bersikap dewasa dalam sikapi rencana revilatisasi. Kami optimis revitalisasi Teluk Benoa ini bisa terwujud,” pungkasnya.(dbs/Muhidin)

Kenapa Harus Mendukung Revitalisasi Teluk Benoa Di Bali…?

RASIONALITAS URGENSI REVITALISASI TELUK BENOA
Realisasi pembangunan yang terus meningkat dikawasan Teluk Benoa, terutama sejak terbangunnya jalan “ toll”, meronakan degradasi lingkungan hidup perairan Teluk Benoa, sehingga menuntut adanya revitalisasi guna pemulihan dan peningkatan nilai ekologi, sosial budaya dan ekonomi kawasan. Urgensi revitalisasi Teluk Benoa didasarkan pada panca (5) rasionalitas:

  1. SEHATNYA HUTAN MANGROVE
Mempertahankan kesehatan dn kualitas hidup hutan mangrove sebagai ikon ruang terbuka hijau Teluk Benoa. Pendangkalan yang berlanjut (-0,0 meter saat ini) dapat memusnahkan hutan mangrove akibat terhambatnya limpahan air laut yang sangat dibutuhkan oleh mangrove, dan terakumulasinya bahan pencemar dari daratan melalui aliran-aliran sungai yang tidak dapat digelontorkan keluar teluk.
  1. TERCEGAHNYA BANJIR
Pendalaman dan penambahan alur lintasan air (ke dalaman sekurangnya -2,0) sangat diperlukan untuk mencegah banjir, terutama pada musim penghijauan dan saat air laut pasang, serta mengencerkan dan mengelontorkan bahan pencemar, yang masuk ke teluk sehingga dapat mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup perairan teluk sebagai estuaria yang unik dengan keanekaragaman hayati yang tinggi.
  1. BERTAMBAHNYA RUANG TERBUKA HIJAU
Sekitar 800 hektar dari seluas 1.400 hektar perairan Teluk Benoa yang optimal direvitalisasi, sekitar 40 persen (320 hektar) diperuntukan bagi ruang terbuka hijau sehingga meningkatkan kealamian kualitas lingkungan hidup Teluk Benoa, dan selebihnya sekitar 480 hektar dirancang terbangun harmoni dengan mozaik alam dan sosial-budaya masyarakat Bali.
  1. MENINGKATNYA AKTIVITAS SOSIAL-BUDAYA&EKONOMI MASYARAKAT
Revitalisasi akan mempertahankan dan melindungi kehidupan sosial-budaya dan ekonomi masyarakat. Akses nelayan ke lokasi penangkapan akan dapat dilakukan setiap sat, membuka peluang berusaha bagi masyarakat dalam aktifitas wisata bahari yang cenderung semakin menyusut akibat degradasi lingkungan, serta melindungi masyarakat kehidupan masyarakat dari kemungkinan bencana alam.
  1. TERPULIHKANNYA KAWASAN KONSERVASI PULAU PUDUT
Tidak dapat dipungkiri rona kawasan konservasi Pulau Pudut seluas sekitar 8 hektar pada awalnya dan kini hanya tersisa sekitar 1 hektar, berada dalam ancaman abrasi dan degradasi lingkungan yang sangat menghawatirkan, padahal kawasan ini memiliki nilai historis ekologi dan sosial-budaya yang tinggi. Revitalisasi berbasis konservasi urgen dilakukan agar dapat memulihkan dan meningkatkan nilai guna Pulau Pudut dan kawasan perairan sekitarnya seperti sediakala.
Menurut KKBI revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau mengingatkan kembali. Sedangkan Menurut KKBI reklamasi adalah usaha memperluas tanah dengan memanfaatkan daerah yang semula tidak berguna.
Revitalisasi dan Reklamasi adalah dua hal yang berbeda, namun dalam teknisnya reklamasi dapat dilakukan dan menjadi bagian dari revitalisasi selama tujuan dari reklamasi sendiri mengedepankan pelestarian lingkungan. Sehingga konsep Revitalisasi merupakan satu konsep yang holistik.
  • Apa perbedaan reklamasi di pulau Serangan dengan di Teluk Benoa?
Reklamasi di teluk benoa, bersifat mandiri yaitu pembentukan pulau baru dan bukan upaya menyambung dengan daratan yang sudah ada, kedua lokasinyaberada di dalam teluk yang arus gelombangnya sangat tenang.
  • Dalam konteks teknis
Jika terjadi hujan selama 4 jam, maka ketinggaian air akan naek 0,4 m di Teluk Benoa, sehingga ketika Teluk Benoa telah direklamasi maka akan menyebabkan banjir?
Curah hujan di Denpasar relatif kecil 3-13 mm/bulan. Curah hujan tersebut akan mengalir ke dalam sungai dan menuju Teluk Benoa. Konsep air hujan yang masuk ke teluk juga akan mengikuti proses aliran air alami. Air yang akan masuk tidak diam tetapi bergerak mengikuti pasang urut, sehingga adapun ketinggian air tidak akan mencapai 0,4 m.
  • Apakah harus dilakukan reklamasi di Teluk Benoa?
iya, dikarenakan di dalam konsep revitalisasi, disebutkan bahwa yang akan diperbaiki adalah endapan lumpur dan masalah sampah yang selama ini bermuara ke Teluk Benoa dari beberapa DAS yang terdapat di Teluk. Untuk itu, ketika pengerukan berlangsung guna mengurangi endapan lumpur/sedimentasi didi Teluk hasil pengerukan tadi dapat dimanfaatkan untuk secara ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat pesisir dengan dibuat sesuatu yang memiliki nilai ekonomis.
  • Dengan adanya Pulau, bukankan ini akan menambah sedimentasi di Teluk?
Tidak benar, karena pulau dan sedimentasi berbeda. Karena, tanpa ada reklamasi pun sedimentasi akan terus berlanjut dan pada akhirnya membentuk pulau sendiri yang akhirnya dapat menyebabkan mangrove akan mati. Bedanya dengan pulau reklamasi adalah, akan dibentuk kanal-kanal untuk aliran air bagi mangrove.
  • Apakah dengan adanya Pulau merupakan sarana mitigasi dari bencana Tsunami?
Bukan, Pulau yang nantinya terbentuk bukanlah merupakan sarana evaluasi atau mitigasi dari bencana tsunami. Simulasi tsunami datang dari arah dan jika dengan kecepatan tertentu tetap akan sampai ke pulau.
  • Beberapa kubik sedimentasi yang terjadi di Teluk Benoa, sehingga dapat dikategorikanparah dan mengancam ekosistem mangrove di sekitarnya?
Luasan perairan Benoa sebesar 1400 m, sedangkan berdasarkan hasil kajian hampir seluruh permukaan teluk mengalami sedimentasi yakni seluas 1100m. Penumpukan sedimentasi akan bertambah tiap tahunnya, jika ini dibiarkan dalam beberapa tahun ke depan tanpa adanya revitalisasi maka yang terjadi adalah pergeseran endapan lumpur tersebut yang menghalangi alur air laut untuk sampai ke mangrove, sehingga eksositem mangrove terancam punah diakibatkan tidak terdapatnya asupan air.
  • Apakah alur alami akan dikeruk selama proses revitalisasi berlangsung?
Berdasarkan hasil studi yang dikeruk adalah alur alami dan alur lainnya yang membutuhkan pendalaman alur.
  • Apakah dengan adanmya reklamasi akan menyebabkan abrasi di wilayah pesisir?
Salah satu penyebab adanya abrasi adalah jika arus gelombang besar langsung menghantam daratan, sedangkan kondisidi teluk berbeda karena pintu masuk air dari laut kecil sehingga arusnya cenderung tenang, dan dengan ekosistem mangrove yang terawat akan mencegah abrasi di kawasan pesisir. Di sisi lain wilayah pesisir yang berdekatan dengan mangrove tidak akan dikeruk.
  • Apakah sumber material yang akan digunakan untuk reklamasi akan membahayakan lingkungan di sekitar pengambilan sumber material tersebut?
Pengambilan sumber material berupa batu dan pasir tentunya akan dilakukan dengan cara-cara yang aman bagi lingkungan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Contohnya, mengacu pada Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan. Di samping itu, proses pertambangan juga harus terlebih dahulu mendapat ijin lingkungan (Amdal). Tentunya jika semua prosedur telah dilaksanakan, dan dalam pengawasan yang benar oleh pihak-pihak Terkait, maka dapat meminimalisasi pelanggaran-pelanggaran tersebut.
Terkait sumber material di wilayah Sawangan, hal ini telah sebelumnya dimanfaatkan untuk kegiatan reklamasi pantai di Sanur, Nusa Dua dan Pantai Kuta. Untuk wilayah Lombok dan Karangasem, pengambilan pasir laut akan disesuaikan dengan rencana tata ruang daerah dan pada prosesnya nanti akan berjalan sesuai dengan aturan dan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten maupun KLH.
  • Rencana reklamasi akan mengubah alur alami laut?
Tidak, tetapi alur tersebut akan di tata dan bentuk-bentuk pulau reklamasi nantinya akan mengikuti alur alami tersebut.
  • Teluk Benoa merupakan muara bagi beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), jika Teluk Benoa direklamasikan ke manakah air akan berakhir?
Perlu ditekankan bahwa reklamasi yang dilakukan di Teluk Benoa tidak lebih dari < 700 ha, (terdiri dari beberapa pulau, bukan satu pulau) dan luas Teluk Benoa secara keseluruhan termasuk perairan dan Tahura adalah 3200 ha. Oleh sebab itu, perairan dan kanal-kanal air masih dipertahankan, ketika air masuk kedalam teluk akan mengalir secara alami dan mengikuti fase pasang surut. Air yang masuk ke Teluk Benoa tidak akan diam, tetapi mengikui pergerakan aliran arus. Kegiatan reklamasi akan mempertahankan alur alami laut yang ada di Teluk Benoa.
  • Apakah kondisi pasang surut akan tetap ada, walaupun setelah direklamasi?
Kondisi pasang surut akan tetap ada setelah direklamasi, namun kondisi surut terendah tidak lagi pada titik 0, tetapi akan berada pada titik 2,5 m sedangkan kondisi pada saat pasang tertinggi adalah 3m.
  • Reklamasi denganmembuat pulau baru akan menimbulkan kerentanan terhadap bencana, baik tsunami maupun likuifasi (hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat adanya faktor getaran, misalnya gempa bumi). Pulau baru akan lebih labil dan memperpadat lokasi, hal yang justru bertentangan dengan prinsip adaptasi terhadap Bencana?
Liquifaksi akan terjadi berdasarkan pada tingkat gradasi ukuran butiran tanah dan tegangan/stress yang terjadi (beban gempa ) dibandingkan dengan kekuatan tanah asli. Hasil penyelidikan tanah di Teluk Benoa secara umum adalah pasir dengan kandungan lanau, lempung, dan kerikil. Review studi terhadap potensi liquifaksi di Teluk Benoa menggunakan data gempa tahun 2012, menunjukkan bahwa semua zona tanah di Teluk Benoa sulit mengalami potensi liquifaksi yaitu pada lokasi dekat dengan Pulau Pudut. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan perbaikan tanah. Misalnya dengan cara pemadatan tanah dasar, lebih tidak jenuh air, menambahkan tanah lanau dan lempung lebih banyak, dan stabilisasi kimia lainnya.  (dbs/Muhidin)

Pengembang klaim revitalisasi Teluk Benoa untuk perbaikkan lingkungan



"Ini revitalisasi yang intinya memperbaiki yang rusak, yang dangkal kami perdalam..."
Jakarta (ANTARA News) - Revitalisasi Tanjung dan Teluk Benoa, Bali, yang terdiri 1.400 hektare perairan dan 1.400 hektare hutan mangrove, ditujukan untuk memperbaiki lingkungan dan kehidupan ekonomi dan sosial budaya masyarakat setempat, kata pengembang kawasan itu.

Komisaris PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) Leemarvin Lieano di Jakarta, Senin, memastikan revitalisasi Teluk Benoa bertujuan memperbaiki lingkungan dan meningkatkan kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan agama masyarakat Bali, bukan membuat masalah baru sebagaimana diprotes pihak-piahk tertentu.

"Sangat wajar bila ada pro-kontra. Proyek-proyek besar dalam sejarah selalu ditentang sekelompok orang pada mulanya tetapi kemudian menjadi berkah pada akhirnya," kata dia.

Revitalisasi Tanjung dan Teluk Benoa telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasaan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan.

Marvin sangat yakin bahwa revitalisasi Benoa sangat bermanfaat. Kekhawatiran mengenai persoalan seperti banjir, krisis air, menutup akses nelayan, dan seolah-olah Bali akan tenggelam, sudah diantisipasi dan dicari solusinya, kata dia,  sehingga tidak perlu menjadi kekhawatiran berlebihan atau menolak program tersebut.

"Ini revitalisasi yang intinya memperbaiki yang rusak, yang dangkal kami perdalam. Reklamasi merupakan bagian kecil dari revitaliasi. Jadi bukan semata-mata reklamasi dalam arti menguruk laut," katanya.

Sebelumnya Guru Besar Kelautan dan Pesisir Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dietrich G. Bengen menilai dalam kajiannya perlu dilakukannya revitalisasi berbasis reklamasi karena saat air surut terjadi pendangkalan sehingga ekosistem mangrove mengalami gangguan.

Perbaikan melalui revitalisasi berbasis reklamasi agar alur laut yang dangkal diperdalam.

Masalah yang paling utama adalah sedimentasi yang semakin parah sehingga menyebabkan aliran air ke mangrove menjadi terhambat.

"Maka dari itu alur alami laut justru akan diperdalam untuk menjamin agar aliran air laut tersebut dapat diasup dengan baik oleh Mangrove disekitarnya selama 24 jam. Jika saat ini pada saat surut terlihat jelas lumpur yang menyelimuti hampir seluruh teluk, maka nantinya setelah revitalisasi kedalaman laut akan menjadi minimal tiga sampai lima meter pada saat surut terendah," katanya.

Marvin menambahkan dengan kedalaman seperti itu para nelayan dapat leluasa berlayar mencari ikan di laut lepas, dan bahkan masyarakat Tanjung Benoa dapat mengembangkan usaha wisata bahari sepanjang hari tanpa harus menunggu pasang.

Ia membantah bahwa akses nelayan dan pengusaha watersport akan dibatasi jika proyek itu jadi nantinya.

Di sisi lain, kata Marvin, dengan mempelajari sifat dan pola sedimentasi, maka di sela-sela perairan laut Teluk Benoa akan dibuat beberapa pulau penyangga yang materialnya diambil dari hasil pendalaman alur.

Sekitar 70 persen dari luasan perairan tersebut akan menjadi kawasan hijau baru sebagai paru-paru kota dan pelestarian ekosistim laut. Selanjutnya kurang dari 30 persen akan dibangun sebagai kawasan pengembang baru untuk menunjang pariwisata Bali yang dapat meningkatkan ekonomi setempat.

Dengan demikian, katanya, para wisatawan tidak lagi disuguhkan dengan kawasan perairan yang penuh lumpur, namun kawasan perairan teluk yang biru diselang-seling pulau penyangga yang hijau. Tentunya yang disajikan mengutamakan budaya dan adat masyarakat Bali yaitu Tri Hita Karana.

Marvin menegaskan terus merawat mangrove di kawasan Taman Hutan Raya.

Ia mengatakan sejak dahulu sekeliling Teluk Benoa Bali ditumbuhi mangrove dengan banyak kegunaan utamanya melindungi daratan Bali dari gempuran dan abrasi ombak. Hutan tanaman mangrove juga berfungsi sebagai penyeimbang ekosistem dan berbagai biota yang hidup di sekitarnya.

"Itu yang kami jaga dan rawat melalui CSR bekerja sama dengan Forum Peduli Mangrove Bali dan telah menanam 3.500 bibit mangrove di kawasan Tahura," katanya.

Editor: Risbiani Fardaniah

7 Alasan Perlunya Revitalisasi Teluk Benoa

JAKARTA - Polemik revitalisasi Teluk Benoa, Bali terus berlanjut. Kelompok yang mendukung rencana revitalisasi Teluk Benoa melakukan parade budaya dan doa bersama sekaligus hearing dengan DPRD Bali.

Upaya ini diharapkan bisa disampaikan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) selaku pemerintah pusat melalui DPRD Bali alasan perlunya dilakukan revitalisasi Teluk Benoa.

"Kami mendukung penuh rencana revitalisasi itu. Kiranya, DPRD Bali bisa meneruskan aspirasi kami ke Presiden Jokowi dan menteri-menteri terkait lainnya," ujar Kadek Agus Ekanata selaku salah satu kelompok yang mendukung revitalisasi Teluk Benoa, dalam siaran persnya, Senin (20/4/2015).

Dia menjelaskan, datang ke DPRD Bali bersama tiga ribu orang yang mendukung rencana revitalisasi tersebut yang terdiri dari 10 organisasi kemasyarakatan tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Pariwisata dan Budaya Bali.

Menurutnya, ada 50 orang perwakilan dari mereka diterima Wakil Ketua DPRD Bali Nyoman Sugawa Kori, didampingi delapan anggota DPRD lainnya dari semua fraksi. Mereka adalah, Seperti Nyoman Parta, dan Disel Astawa dari Fraksi PDIP, Wayan Adyanya dari Fraksi Demokrat, Ngurah Wijaya dari Fraksi Golkar, Ketut M Pendit dari Fraksi Gerindra dan Ketua Pansus Zonasi DPRD Bali I Kadek Diana.

Sementara itu, Sri Wigunawati selaku salah satu perwakilan yang diterima hearing dengan DPRD Bali menyampaikan, ada tujuh hal dibahas dalam kesempatan hearing tersebut. Tujuh hal itu, kata Sri alasan diperlukannya revitalisasi Teluk Benoa.

Dia menyebutkan alasan diperlukannya revitalisasi bisa mencegah banjir, menambah ruang terbuka hijau, meningkatkan aktivitas sosial, budaya dan ekonomi masyarakat, memulihkan kawasan konservasi Pulau Pudut, melindungi mangroove, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Bahkan, kata Sri, DPRD akan mendesak ke pemerintah pusat segera menerbitkan izin Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) dengan melibatkan tim profesional yang independen. "Kalau semua sudah clear, DPRD Bali menjanjikan tidak akan ada persoalan lagi untuk revitalisasi Teluk Benoa," tukasnya.

Aksi Demo Tolak Revitalisasi Teluk Benoa Tak Cerminkan Budaya Bali

JAKARTA - Anak Agung Ngurah Muditha atau akrab disapa Turah Pemayun Kesiman mengatakan aksi demonstrasi oleh segelintir massa yang menolak revilatisasi Teluk Benoa, Bali, Rabu (19/8) siang, tidak mencerminkan budaya dan adat istiadat masyarakat Bali.


"Masyarakat Bali itu dalam sikapi sesuatu pasti sembahyang dulu, dan bermusyawarah mufakat. Tidak asal menolak. Budaya Bali itu banjar, musyawarah mufakat dan nurut guru wisesa (pemerintah, red)," kata Anak Agung Ngurah Muditha ketika dihubungi, kemarin.

Penasehat Yayasan Bumi Bali Bagus ini juga menyatakan budaya masyarakat Bali selalu kedepankan hal tersebut, meski diakuinya ada saja riak-riak kecil yang memberontak.

"Kami yakini mereka yang menolak revitalisasi Teluk Benoa itu kurang informasi. Hanya segelintir saja yang menolak. Karenanya tidak kami khawatirkan, justru terus kami dekati agar mereka memahami secara sadar pentingnya revitalisasi Teluk Benoa," ujarnya.

Komang Gde Subudi, Ketua Yayasan Bumi Bali Bagus mengatakan sebagai orang asli Bali, ia melihat rencana revitalisasi Teluk Benoa ini beritikad baik. Dari awal, ucapnya, pihak investor sudah benar dalam melakukan kajian, dan tahapannya.

"Kami lihat mereka serius, lakukan kajian dan tahapannya, tidak asal-asalan membangun. Terlebih, pihak investor juga berkomitmen untuk jaga lingkungan. Revitalisasi Teluk Benoa ini penting untuk masyarakat Bali," katanya.

Subudi pun mengatakan penolakan terhadap rencana revitalisasi Teluk Benoa tak lepas dari efek persaingan pilkada gubernur dulu. Pihak yang kalah tidak senang jika gubernur sukses dalam melakukan pembangunan di Bali.

"Yang menolak itu bagian kecil saja dari masyarakat Bali. Mereka terlihat besar karena gunakan media sosial. Kami yakin masyarakat Bali bersikap dewasa dalam sikapi rencana revilatisasi. Kami optimis revitalisasi Teluk Benoa ini bisa terwujud," katanya.

PHDI : Revitalisasi Teluk Benoa Bertujuan Perbaiki Lingkungan

Jakarta. Ketua Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat I Ketut Wiana mengungkapkan ada pihak yang selalu melakukan fitnah dan menyebarkan kabar bohong bahwa akan dilakukan reklamasi di Teluk Benoa, Bali, yang bisa merusak lingkungan.

Padahal, kata Ketut Wiana, mereka yang kerap memfitnah itu tidak ahli soal lingkungan.
Selain itu, pihak yang memfitnah sebenarnya tidak mengerti apa yang akan dilakukan dalam revitalisasi berbasis reklamasi di Teluk Benoa.
Ketut mengatakan, Revitalisasi Teluk Benoa (RTB) justru bertujuan memperbaiki, menata, dan menjaga lingkungan di Teluk Benoa agar lebih bermanfaat bagi masyarakat Bali.
"Di Kongres PHDI ini, kami tidak hanya membahas soal keagamaan. Tapi juga fenomena sosial kemasyarakatan, salah satunya rencana revitalisasi di Teluk Benoa, Bali. Ada pihak yang kerap memfitnah bahwa akan dilakukan reklamasi yang bisa merusak lingkungan di Teluk Benoa. Mereka yang fitnah ini tidak ahli soal lingkungan. Sebetulnya bukan reklamasi tapi revitalisasi. Revitalisasi ini bukan merusak, tapi memperbaiki lingkungan," kata Ketut Wiana, ketika dihubungi di sela-sela Kongres PHBI, Sabtu (24/10/2015).
Ketut Wiana yang sudah lebih dari 40 tahun jadi dosen di Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar ini mengatakan kondisi lingkungan di Teluk Benoa sangat memprihatinkan.
Selain banyak sampah, juga terjadi abrasi dan sedimentasi yang bisa merusak lingkungan dan tanaman mangrove. Kondisi lingkungan yang rusak itu sangat merugikan masyarakat sekitar.
"Ada yang sok-sokan bilang revitalisasi akan rusak Teluk Benoa. Itu tidak benar, itu fitnah. Kalau Teluk Benoa tidak direvitalisasi, maka akan semakin rusak parah. Sekarang saja sudah banyak sampah menumpuk, abrasi, dan sedimentasi di Teluk Benoa," ucap Ketut Wiana.
"Naskah dan konsep RTB sudah saya baca semua, sampai gambar-gambarnya pun saya lihat. RTB ini akan memperbaiki kawasan Teluk Benoa yang sudah rusak, lalu ditata, dijaga, dan dikembangkan demi bermanfaat bagi masyarakat Bali. RTB ini baik sekali manfaatnya untuk masyarakat Bali," ujar Ketut Wiana lagi. [bbn/inilahcom] 

#RevitalisasiTelukBenoa

Segera Realisasikan Revitalisasi Teluk Benoa #RevitalisasiTelukBenoa

Sebagian besar masyarakat Bali sudah pasti mengenal Teluk Benoa, sebuah tempat yang terkenal akan keindahannya dan sudah menjadi obyek wisata favorit masyarakat Indonesia hingga Mancanegara. Salah satu keindahan yang terkenal berasal dari kelestarian Konservasi Taman Hutan Mangrove dan wahana olahraga air yang menjadi andalannya.


Keindahan Teluk Benoa tersebut kini sudah memudar, dikarenakan terjadi pendangkalan Teluk Benoa yang merupakan muara dari beberapa Tukad/Sungai di Bali, diantaranya Tukad Badung, Tukad Mati, Tukad Teba yang berkontribusi membawa sediment berupa lumpur yang semakin hari membuat endapan semakin tinggi. Selain itu terjadi penumpukan sampah di daerah sekitar mangrove yang berdampingan langsung dengan tempat tinggal warga. Sampah tersebut diantaranya adalah sampah medis, bangkai kapal, limbah ternak ayam, limbah oli, dan sebagainya yang menyebabkan mangrove di sekitar tumpukan tersebut menjadi rusak dan mati. Pendangkalan Teluk Benoa ditambah pasang surut menyebabkan wahana olahraga air hanya beroperasi sekitar 4 jam dalam sehari (Saat pasang di siang hari).

Berbagai kondisi factual di lapangan tersebut memunculkan rencana untuk merevitalisasi kawasan Teluk Benoa yang tidak produktif  menjadi kawasan hijau yang produktif melalui #RevitalisasiTelukBenoa.

Revitalisasi Teluk Benoa dengan konsep Green Development berfilosofi TRI HITA KARANA sebagai kegiatan tata letak Prahyangan, Pawongan dan Palemahan, serta penerapan Sistem Subak di dalam tata kelola pengendalian air. Rangkaian Kegiatan lainnya seperti menanam, menjaga dan merawat mangrove, melakukan pendalaman alur sungai alami yang mengalami pendangkalan, dan membuat lahan baru dengan cara reklamasi di sekitar Teluk Benoa.

Dengan demikian, Revitalisasi Teluk Benoa dapat menambah luasan ruang terbuka hijau dan semakin membangun citra Bali sebagai kawasan Eco-Tourism yang ramah lingkungan; Menjaga, melindungi, dan memperluas hutan bakau (Tahura); Menambah daya Tarik pariwisata dengan adanya icon baru yang unik dan komplit; Meningkatkan kuantitas dan kualitas fasilitas social dan fasilitas umum serta bertambahnya objek tempat rekreasi; Sebagai sarana untuk menjaga, melestarikan, dan mengembangkan kreativitas seni dan budaya Bali agar semakin mendunia; Menciptakan lapangan kerja baru, serta mendorong tumbuhnya kegiatan dan terciptanya peluang ekonomi baru; Meningkatkan kesejahteraan masyarakat; Semakin tertatanya kehidupan social budaya masyarakat karena konsep pemanfaatan dan pengembangan senantiasa berpedoman pada prinsip nilai Tri Hita Karana; dan Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Badung, Provinsi Bali, maupun Pemerintah Nasional.

Kami Yayasan Bumi Bali Bagus tidak ingin Teluk Benoa semakin rusak dan mangrove kita hilang. Harapan kami kepada Bapak Jokowi dan  seluruh elemen masyarakat Bali/Indonesia untuk menyamakan visi mendukung #RevitalisasiTelukBenoa, untuk Bali dan Indonesia yang lebih baik. Mari bersuara menyebarkan petisi sebanyak-banyaknya, Tandatangani dan mari sebarkan petisi ini. Suksma

#RevitalisasiTelukBenoa

Kongres PHDI Bahas Revitalisasi Teluk Benoa untuk Perbaiki Lingkungan

Ketua Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat I Ketut Wiana mengungkapkan ada pihak yang selalu melakukan fitnah dan menyebarkan kabar bohong bahwa akan dilakukan reklamasi di Teluk Benoa, Bali, yang bisa merusak lingkungan. Padahal, kata Ketut Wiana, mereka yang kerap memfitnah itu tidak ahli soal lingkungan.

Mereka juga, kata Ketut Wiana, tidak mengerti sebetulnya yang akan dilakukan adalah revitalisasi berbasis reklamasi di Teluk Benoa. Revitalisasi Teluk Benoa (RTB), ujarnya, justru bertujuan memperbaiki, menata, dan menjaga lingkungan di Teluk Benoa agar lebih bermanfaat bagi masyarakat Bali.

"Di Kongres PHDI ini, kami tidak hanya membahas soal keagamaan. Tapi juga fenomena sosial kemasyarakatan, salah satunya rencana revitalisasi di Teluk Benoa, Bali. Ada pihak yang kerap memfitnah bahwa akan dilakukan reklamasi yang bisa merusak lingkungan di Teluk Benoa. Mereka yang fitnah ini tidak ahli soal lingkungan. Sebetulnya bukan reklamasi tapi revitalisasi. Revitalisasi ini bukan merusak, tapi memperbaiki lingkungan," kata Ketut Wiana, dalam keterangan persnya, Ahad (25/10).

Ketut Wiana yang sudah lebih dari 40 tahun jadi dosen di Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar ini mengatakan kondisi lingkungan di Teluk Benoa sangat memprihatinkan. Selain banyak sampah, juga terjadi abrasi dan sedimentasi yang bisa merusak lingkungan dan tanaman mangrove. Kondisi lingkungan yang rusak itu sangat merugikan masyarakat sekitar. "Ada yang sok-sokan bilang revitalisasi akan rusak Teluk Benoa. Itu tidak benar, itu fitnah. Kalau Teluk Benoa tidak direvitalisasi, maka akan semakin rusak parah. Sekarang saja sudah banyak sampah menumpuk, abrasi, dan sedimentasi di Teluk Benoa," ucap Ketut Wiana.

Dia menambahkan, "Naskah dan konsep RTB sudah saya baca semua, sampai gambar-gambarnya pun saya lihat. RTB ini akan memperbaiki kawasan Teluk Benoa yang sudah rusak, lalu ditata, dijaga, dan dikembangkan demi bermanfaat bagi masyarakat Bali. RTB ini baik sekali manfaatnya untuk masyarakat Bali."

#RevitalisasiTelukBenoa

Analysa beberapa pakar tentang revitalisasi Teluk Benoa

Bpk. Prof.DR.Ir.Herman Wahyudi, DEA ( Ahli Geoteknik, ITS Surabaya ) 
RENCANA PENIMBUNAN REVITALISASI TELUK BENOA DAN DAMPAKNYA :



1.BANJIR : Tidak ada Potensi Banjir. Karena Banjir Sumbernya dari Air Hujan dan Prilaku Sungai. Bukan dari air laut.
2.EROSI & SEDIMENTASI : Tata letak & Bentuk Pulau-Pulau Revitalisasi sudah diperhitungkan tidak menyebabkan adanya Erosi & Sedimentasi baru.
3. SEISMIC & TSUNAMI : Salah Satu Pulau Revitalisasi direncanakan dalam bentuk timbunan Revitalisasi yang cukup tinggi beserta fasilitas penunjangnya, Sebagai Area Tempat Pelarian Masyarakat Menghindar dari Gelombang Tsunami.
4. KEBERADAAN MANGROVE : Pulau Revitalisasi terdekat Berjarak 100 meter dari Zona Mangrove.
5.KEBERADAAN IKAN SEBAGAI MATA PENCAHARIAN NELAYAN : Lokasi Revitalisasi berada pada Daerah dangkal sekitar 0.00 s/d + 1.00 mLWS dan bukan merupakan perairan nelayan untuk penangkapan ikan.
6. ASPEK GEOTEKNIK : Tanah dasar cukup baik dan stabil terhadap keberadaan timbunan Revitalisasi setinggi 7 s/d 8 meter dari seabed.
7.ALUR PELAYARAN : Justru akan ada Dredging di Zona alur & kolam pelabuhan, sebagai akibat digunakannya material ex dredging untuk timbunan Revitalisasi.
8.RUANG TETBUKA HIJAU : Dialokasikan 30% dari total luas lahan Revitalisasi untuk ruang terbuka hijau.
9.TRAFFIC DIDARAT : Akan ada peningkatan jumlah & arus kendaraan. Akan diatasi dengan membuat elevated acces road yang terhubungkan dengan Jalan Tol Tengah Laut di Teluk Benoa.

Ir.Dedi Tjahjadi Abdullah, Dipl.HE ( Ahli Sumber Daya Air, ITB ) 
PERUBAHAN YANG AKAN TERJADI SETELAH PROSES REVITALISASI TELUK BENOA DILAKSANAKAN :

1. Perubahan Salinitas ( Kadar Garam ) sebelum dibangun 22 ppm dan setelah dibangun 18 ppm. Memperlihatkan Kondisi Eksisting Ketinggian di muara Benoa dengan debit maksimum dari Sungai sesudah dibangun memiliki elevasi 2,95 meter dan pada saat yang sama salah satu wilayah seperti contohnya di Tukad Mati setinggi 2,93 meter.
2. Sedimentasi lumpur di Teluk Benoa kalau tidak direvitalisasi akan terus meningkat ketinggiannya dan kawasan mangrove bervegetasi disekitarnya akan terancam dikarenakan air yang mengalir masuk untuk menghidupkan mangrove akan tertahan oleh ketebalan dan ketinggian dari endapan lumpur akan berdampak hingga ke muara sungai dan menyebabkan banjir. Kumpulan sampah di muara-muara sungai sangat tinggi, dimensi sungai sangat kecil sehingga air sangat sulit untuk mengalir sehingga menyebabkan banjir sehingga diperlukan waduk-waduk untuk mencegah banjir dan juga air yang mengalir ke Teluk Benoa sekarang sangat tidak baik untuk dipergunakan karena sudah tercemar sampah dan limbah, secara tidak langsung biota laut yang hidup di kawasan Teluk Benoa akan semakin terancam.
3. Pada saat direvitalisasi dan direklamasi sedimen lumpur tetap harus dimaintain dan wajib hukumnya untuk dipelihara dan di tiap sungai akan dibangun saringan sampah sebaiknya. Setelah Revitalisasi dan Reklamasi ini dijalankan, kondisi yang ingin diciptakan di Teluk Benoa bahwa pada saat air surut komunitas nelayan dan water sports tetap bisa melakukan aktivitasnya selama 24 jam setiap hari

Prof.DR.Ir.Dietriech Geoffery Bengen,DEA ( Ahli Pengelolaan Pesisir,IPB ) 
1.PEMANFAATAN TELUK BENOA : Luas Pemanfaatan Perairan Teluk Benoa 1.832 Ha yang dimanfaatkan sebagai pariwisata, pemukiman nelayan, pelabuhan, TPI, penangkapan ikan, karamba, Tambak dan Pembesaran Kepiting.
2.REALITAS ANCAMAN TELUK BENOA : Pendangkalan akibat sedimentasi & Abrasi Pulau Pudut dari luas awal sekitar 8 Ha menjadi 1.055 Ha.
3.OPTIMALISASI REVITALISASI : Keterpaduan aspek teknis, lingkungan, sosial-budaya dan ekonomi-financial mengindikasi bahwa luas lahan yang optimal adalah 700 Ha Area yang direvitalisasi ( 40% Area terbuka hijau & 60% Area Pemanfaatan.
4.URGENSI REVITALISASI : Revitalisasi Teluk Benoa urgen dilakukan untuk menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaat ekologi dan sosial ekonomi.
5.MANFAAT REVITALISASI : Revitalisasi memberikan manfaat ekologi berupa pemulihan alur, pelimpasan air laut dan penambahan areal terbuka hijau. Bagi Masyarakat dan Pemerintah Daerah akan memperoleh manfaat sosial budaya serta manfaat ekonomi.
Teluk Benoa saat iniTeluk Benoa saat ini